Goa Kreo dan
waduk jatibarang, merupakan salah satu tempat wisata di seputar semarang.
Tepatnya terletak di desa Kandri, Gunung pati, Semarang. Wahana wisata ini
menyuguhkan bendungan yang masih bersih dan terdapat
Untuk mengisi
liburan semester, kami (Aku dan soulmate (cie ciee)) berencana jalan jalan
mengisi waktu luang dan sebelum si dia pergi tugas :D .
Kami memiliki dua pilihan tempat wisata yang akan kami singgahi. Setelah berdebat cukup lama, dan kami telah mempertimbangkan waktu dan kondisi juga, akhirnya kami memutuskan Goa Kreo sebagai tujuan utama kami..
Perjalanan
dimulai dari kota kecil penuh cerita, ya Kota Salatiga. Start dari rumah kurang
lebih pukul 10 pagi. Kami langsung menuju tujuan kami. Pertama yang kami cari
adalah pasar Gunung pati. Setelah mendapatkan pasar tersebut, belok kanan dan
jalan lurus terus ikuti jalan yang berkelo kelok dan bergelombang namun
pemandangan cukup menarik. Pertama yang kami lihat adalah bendungan jatibarang
di sisi kiri kami. Maju sedikit terdapat gapura di kiri jalan yang merupakan
pintu gerbang desa kandri. Kemudian akan masuk jalan pedesaan yang masih sepi.
Tak lama kemudian sampailah kita di Goa kreo.
Sekitar pukul
11 siang kami sampai di Tempat Wisata Bendungan Jatibarang dan Goa Kreo J . Tanpa menunggu waktu lama, kami langsung masuk ke wahana wisata
yang masih tergolong baru tersebut. Oh iya, sekedar tips. Sebelum masuk ke
gerbang/loket twmpat wisata, nanti kalian akan di tawari tempat parkir. Kalau
saran saya sih, kalian tetep masuk aja. Soalnya dari pihak pengelola sudah
menyiapkan tempat parkir yang cukup nyaman (tapi berdebu sekali) hihihi...
Tiket masuk yang di patok pengelola cukup terjangkau. Malahan terbilang murah
jika di banding tempat wisata yang lainnya. Yakni Rp. 3500,- untuk satu orang
dan biaya parkir Rp.1000,- untuk hari libur. Kalau hari biasa aku kurang
tau. Bisa saja sama atau lebih murah. Bisa di coba nih buat yang mau main dana
terbatas. Yang penting perutnya di jaga aja ya. Hihi
Langsung saja
kita jalan-jalan.
Keluar dari
tempat parkir. Kita langsung mendapat suguhan waduk jatibarang yang terdampar
bersih di depan mata hanya terhalang beberapa batang pohon. Kemudian di sebelah
kanan sudah nampak jembatan jatibarang yang lumayan bagus. Untuk mencapai
jembatan tersebut, kita harus menuruni beberapa puluh anak tangga yang
menyenangkan. Karena pemandangan kanan kiri yang cukup indah, dapat mengalahkan
rasa lelah kita. Sesampainya di jembatan, cukup banyak objek yang bisa di
jadikan latar belakang untuk berfoto. Kalau beruntung, di jembatan tersebut
sudah dapat di jumpai beberapa ekor kera yang berkeliaran bebas mencari makan
dan menyapa pengunjung. Jika ingin menjumpai kera yang emiliki nama latin Macaca
fascicularis tersebut, mari kita lanjutkan pejalanan menuju Goa Kreo. Di
halaman goa kreo banyak terdapat pepohonan yang cukup rindang. Di pohon-pohon
inilah kera kera yang ramah tersebut bergelantungan menggoda pengunjung.
Tetapi, jika pohon ini daunnya berguguran, maka kera tersebut akan mencari ke
tempat yang lebih rindang. Di atas goa contohnya, di atas Goa kreo terdapat
tanah lumayan luas. Malah lebih seperti kebun. Banyak sekali Kera di sekitar
tersebut. Kalau sudah sampai sini, sekalian masuk ke goanya. Sekedar
lihat-lihat aja sih. Goa kreo ini tidak memiliki ujung. Di dalamnya gelap
sekali, belum ada listrik masuk di dalam sini sih. Ada dua mulut goa yang bisa
di masuki. Mulut pertama tidak terlalu dalam. Di dalamnya ada patung apa kurang
tau yang di depannya banyak sesajen seperti rokok, pisang, uang (sayang banget
kan) dan tentunya ada bunganya. Ngeri deh baunya. Lalu mulut yang kedua lebih
dalam dari mulut pertama. Di dalamnya tidak ada patung dan sajen seperti di
mulut pertama. Pajangnya kurang tau, karena belum sempat masuk sampai ujungnya.
Gerah sekali di dalam sana.
Apa lagi ya...
Kayaknya cukup
cerita kali ini. Sekedar berbagi pengalaman. Dan bisa dijadikan pengetahuan
sebelum kalian kalian mau main kesini.
Nantikan cerita
lainnya dari kami
ini kita ({})
ini aku dengan latar belakang waduk Jatibarang
teman jalan jalan kali ini. dgn latar belakang jembatan, Ridwan Yusuf
Macaca fascicularis