Aspek
sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan semua manusia. Dalam era
globalisasi dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem pada masa ini
menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu
masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun
kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor
sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.
Beberapa
adat kebiasaan yang merugikan pada masa persalinan.
1. Ada
suatu kepercayaan yang mengatakan minum rendaman air rumput Fatimah akan
merangsang mulas. Memang,rumput Fatimah bias membuat mulas pada ibu hamil,tapi
apa kandungannya belum diteliti secara medis. Jadi, harus dikonsultasikan dulu
ke dokter sebelum meminumnya. Rumput ini hanya boleh diminum pada pembukaannya
sudah mencapai 3-5 cm, letak kepala bayi sudah masuk panggul, mulut rahim sudah
lembek atau tipis, dan posisi ubun-ubun kecilnya normal. Jika letak ari-arinya
di bawah atau bayinya sungsang, tak boleh minum rumput ini karena sangat
bahaya. Terlebih jika pembukaannya belum ada, tapi si ibu justru dirangsang
mulas pakai rumput ini, bisa-bisa janinnya malah naik ke atas dan membuat sesak
nafas si ibu. Mau tak mau, akhirnya dilakukan jalan operasi.
2. Keluarnya
lendir semacam keputihan yang agak banyak menjelang persalinan, akan membantu
melicinkan saluran kelahiran hingga bayi lebih mudah keluar. Keluarnya cairan
keputihan pada usia hamil tua justru tak normal, apalagi disertai gatal, bau, dan
berwarna. Jika terjadi, segera konsultasikan ke dokter. Bayi akan keluar lewat
saluran lahir. Jika vagina terenfeksi, bisa mengakibatkan peradangan selaput
mata pada bayi. Harus diketahui pula, yang membuat persalinan lancar bukan
keputihan, melainkan air ketuban. Itulah mengapa ,bila air ketuban pecah
duluan, persalinan jadi seret.
3. Minum
minyak kelapa memudahkan persalinan. Minyak kelapa memang konotasinya dapat
membuat lancar dan licin. Namun dalam dunia kedokteran, minyak tak ada gunanya
sama sekali dalam melancarkan keluarnya sang janin. Mungkin secara psikologis, ibu
hamil meyakini,dengan minum dua sendok minyak kelapa dapat memperlancar
persalinannya.
4. Minum
madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan. Madu tidak boleh
sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-nya cukup,sebaiknya jangan minum madu
karena bisa mengakibatkan overweight. Bukankah madu termasuk karbohidrat
yang paling,tinggi kalorinya. Jadi madu boleh diminum hanya jika BB-nya kurang.
Begitu BB naik dari batas yang di tentukan, sebaiknya segera dihentikan. Akan
halnya telur tak masalah,karena mengandung protein yang juga menambah kalori.
5. Makan
daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit persalinan. Yang
membuat lengket ari-ari bukan daun kemangi, melainkan ibu yang pernah mengalami
dua kali kuret atau punya banyak anak,misal empat anak. Ari-ari lengket bisa
berakibat fatal karena kandungan harus diangkat. Ibu yang pernah mengalami
kuret sebaiknya melakukan persalinan di RS besar. Hingga bila terjadi sesuatu
dapat ditangani segera.
6. Di
daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk
menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Beberapa penelitian yang
pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek persalinan
oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar dkk (1996)
menunjukkan beberapa tindakan/praktek yang membawa resiko infeksi seperti
"ngolesi" (membasahi vagina dengan rninyak kelapa untuk memperlancar
persalinan), "kodok" (memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus
untuk rnengeluarkan placenta) atau "nyanda" (setelah persalinan, ibu
duduk dengan posisi bersandardan kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam
yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).
7. Budaya
Di daerah Magetan
Suami menunggu di samping istri sambil
memberi motivasi, memberikan air minum seperti minuman dari daun Fatima, serta
menanyakan tentang persalinan kepada pak kyai, dan memintakan minuman dari pak
kyai. Pada saat memasuki kala II suami tetap berada di dekat istri, memberi
semangat saat istri mengejan agar kesakitannya berkurang lalu membaca doa-doa
untuk menenangkan istri. Ketika plasenta sudah terlepas, bidan mengurusi dan
mencucikan plasenta. Saat masa nifas ibu dianjurkan makan makanan seperti
tempe, tahu, nasi. Tidak boleh tidak boleh makan daging ayam atau daging
lainnya serta telur. Selama nifas, posisi duduk ibu adalah selonjor, diganjal
batu, juga diharuskan memakai stagen agar dapat menyangga perut ibu.
8. Di
Daerah Pacitan
Ibu diberi air minum yang terbuat dari
rendaman kayu lotrok, atau diberi air minum yang terbuat dari rendaman ari-ari
kucing. Jalan lahir atau vagina diolesi dengan minyak kelapa, dan minyak kelapa
diminum juga. Suami berada di dekat istri dengan posisi menyangga pundak istri
(menyundang), ubun-ubun ditiup-tiup oleh suami. Agar kelahiran menjadi lebih
cepat mulut si ibu dimasukkan pucuk rambut si ibu hingga ibu muntah (rambut
yang panjang). Ibu juga diberi telur ayam Jawa yang sudah direbus. Setelah bayi
lahir, tali pusat dipotong dengan gunting. Selanjutnya bayi dan ibu dipijat
oleh dukun bayi. Plasenta dicuci bersih kemudian di “bumbu” dengan kunyit,
spirtus, garam lalu ditempatkan dibaskom. Selanjutnya si ibu dianjurkan memakai
bengkung.
9. Kebudayaan
Persalinan di Nusa Tenggara
Di
Nusa Tenggara, ibu yang baru melahirkan diasapi di tempat tidur dengan
meletakkan tungku yang panas dan berasap di bawah tempat tidur. Masyarakat
daerah tersebut percaya bahwa tindakan tersebut bertujuan agar ibu dan bayi
tidak digigit nyamuk, lebih kuat, dan terhindar dari sakit. Padahal secara
medis, pengasapan ibu dan bayi dapat menimbulkan risiko bagi ibu dan bayi.
Risiko yang mungkin dapat ditimbulkan adalah dehidrasi karena kepanasan serta
risiko pneumonia karena menghirup asap di ruang tertutup.
10. Kebudayaan
Persalinan di Daerah Papua
Di
daerah Papua, terdapat kebiasaan menempatkan ibu hamil yang akan melahirkan di
kandang ternak. Secara medis tentu saja hal ini sangat berisiko bagi ibu dan
bayi karena umumnya kandang ternak sangat tidak bersih untuk proses melahirkan.
Selain itu, banyak ibu di daerah pedalaman Papua yang masih melahirkan dengan
cara yang tradisional dengan berjuang seorang diri di pinggir sungai. Bayangkan
bagaimana cara sang ibu untuk memotong tali pusat yang kemungkinan jika
dilakukan seorang diri akan rentan menimbulkan infeksi akibat tidak higienisnya
alat pemotong pusat. Selain itu, sebagian masyarakat di sana juga mempercayai
bahwa jika ibu melahirkan anak kembar, maka si ibu harus memilih salah satu
anak untuk dibawa pulang dan membunuh salah satunya. Hal tersebut disebabkan
oleh keyakinan bahwa anak kembar adalah dua saudara yang akan tumbuh saling
bermusuhan.
11. Di
sebagian daerah, mempercayai bahwa memandikan bayi dengan menggunakan air
dingin dapat membuat bayi kuat. Secara medis, bayi masih rentan terhadap
lingkungan, termasuk suhu dingin. Oleh sebab itu, bayi baru lahir umumnya
dibedong. Air dingin dapat menyebabkan pembakaran dan metabolisme tubuh bayi
meningkat sehingga makanan dalam tubuh dapat habis hanya untuk mengatur suhu
tubuh saat kedinginan. Akhirnya bayi tersebut dapat mudah kehabisan tenaga dan
mudah sakit. Sebaiknya, bayi baru lahir dimandikan dengan menggunakan air
hangat dan tidak terlalu lama, angkat bayi sebelum kedinginan.
UPAYA
PERBAIKAN ADAT KEBIASAAN NEGATIF OLEH BIDAN
1. Pendekatan
Melalui Agama
Dari
permasalahan aspek sosial budaya selama persalinan, kita dapat memberikan
solusi dengan pendekatan melalui agama. Agama dapat memberikan petunjuk/pedoman
pada umat manusia dalam menjalani hidup meliputi seluruh aspek kehidupan.
Selain itu agama juga dapat membantu umat manusia dalam memecahkan berbagai
masalah hidup yang sedang dihadapi.
Pendekatan
melalui agama: bidan mengadakan pengajian bersama masyarakat yang kemudian
diselingi dengan memberikan informasi mengenai pantangan makanan tertentu yang
tidak terbukti kebenarannya sehingga masyarakat tidak mempercayai hal itu lagi.
2. Pendekatan
melalui Kesenian Tradisional
Dari
permasalahan aspek sosial budaya selama persalinan, kita dapat memberikan
solusi dengan pendekatan melalui kesenian Tradisional. Pendekatan sosial
budaya yang dilakukan oleh bidan melalui kesenian tradisonal menyatakan bahwa
peran bidan bukan hanya dalam pelayanan kesehatan saja. Tetapi bidan juga dapat
menjadi seorang bidan pengelola. Misalnya seorang bidan praktik selain sebagai
nakes, bidan juga dapat membuka hubungan kerja sama dengan suatu sanggar tari,
lewat yayasan tersebut ia dapat menyampaikan pesan atau melakukan penyuluhan
kesehatan.
Dalam
perannya sebagai peneliti dimana bidan ikut meneliti tentang kebudayaan apa
yang ada pada suatu daerah tempat penelitiannya tersebut.
Pendekatan
melalui Kesenian tradisional : bidan dan ahli kesehatan lainnya ikut dalam
kesenian tradisional misalnya kesenian wayang orang yang di dalamnya
menampilkan pesan-pesan tentang hal yang mitos dan yang nyata agar masyarakat
awam tidak salah persepsi dan tidak mempercayai hal-hal yang belum ada
kebenarannya.
3. Pendekatan
melalui Paguyuban
Dari
permasalahan aspek sosial budaya selama persalinan, kita dapat memberikan
solusi dengan pendekatan melalui paguyuban. Paguyuban atau Gemeinschaft
adalah suatu kelompok atau masyarakat yang diantara para warganya di warnai
dengan hubungan-hubungan sosial yang penuh rasa kekeluargaan, bersifat batiniah
dan kekal,serta jauh dari pamrih-pamrih ekonomi.
Dalam
rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan pendekatan-pendekatan
khususnya paguyuban. Untuk itu kita sebagai tenaga kesehatan khususnya calon
bidan agar mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan
peran aktif masyarakat agar masyarakat sadar pentingnya kesehatan, misalnya
saja dengan mengadakan kegiatan posyandu di puskesmas-puskesmas.
Pendekatan
melalui Paguyupan: bidan masuk kedalam kelompok masyarakat untuk bersosialisasi
dan mencari tahu apa masalah yang sedang dialami masyarakat yang berhubungan
mengenai kesehatan terutama ibu yang sedang hamil dan menjelaskan
pada masyarakat bahwa pantangan - pantangan seorang ibu hamil
untuk tidak makan makanan tertentu itu benar ataukah
salah.
4. Pendekatan
melalui Pesantren
Dari
permasalahan aspek sosial budaya selama persalinan, kita dapat memberikan
solusi pendekatan melalui pesantren. Pondok pesantren adalah lembaga
pendidikan islam yang mengembangkan fungsi pendalaman agama, kemasyarakatan dan
penyiapan sumber daya manusia.
Tujuan
umumnya adalah tercapainya pengembangan dan pemantapan kemandirian pondok
pesantren dan masyrakat sekitar dalam bidang kesehatan. Tujuan khususnya adalah
tercapainya pengertian positif pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya
tentang norma hidup sehat, meningkatkan peran serta pondok pesantren dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan, terwujudnya keteladanan hidup sehat di
lingkungan pondok pesantren.
Pendekatan
melalui Pesantren: bidan melakukan penyuluhan di pesantren mengenai aspek
sosial budaya selama persalinan yang tidak boleh dipercayai dan yang boleh dipercaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar