Senin, 09 Mei 2016

ADAT KEBIASAAN NEGATIF MASA PERSALINAN YANG MERUGIKAN KESEHATAN PEREMPUAN, AKIBAT DAN UPAYA PERBAIKAN.


Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan semua manusia. Dalam era globalisasi dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem pada masa ini menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada. 
Beberapa adat kebiasaan yang merugikan pada masa persalinan.
1.      Ada suatu kepercayaan yang mengatakan minum rendaman air rumput Fatimah akan merangsang mulas. Memang,rumput Fatimah bias membuat mulas pada ibu hamil,tapi apa kandungannya belum diteliti secara medis. Jadi, harus dikonsultasikan dulu ke dokter sebelum meminumnya. Rumput ini hanya boleh diminum pada pembukaannya sudah mencapai 3-5 cm, letak kepala bayi sudah masuk panggul, mulut rahim sudah lembek atau tipis, dan posisi ubun-ubun kecilnya normal. Jika letak ari-arinya di bawah atau  bayinya sungsang, tak boleh minum rumput ini karena sangat bahaya. Terlebih jika pembukaannya belum ada, tapi si ibu justru dirangsang mulas pakai rumput ini, bisa-bisa janinnya malah naik ke atas dan membuat sesak nafas si ibu. Mau tak mau, akhirnya dilakukan jalan operasi.
2.      Keluarnya lendir semacam keputihan yang agak banyak menjelang persalinan, akan membantu melicinkan saluran kelahiran hingga bayi lebih mudah keluar. Keluarnya cairan keputihan pada usia hamil tua justru tak normal, apalagi disertai gatal, bau, dan berwarna. Jika terjadi, segera konsultasikan ke dokter. Bayi akan keluar lewat saluran lahir. Jika vagina terenfeksi, bisa mengakibatkan peradangan selaput mata pada bayi. Harus diketahui pula, yang membuat persalinan lancar bukan keputihan, melainkan air ketuban. Itulah mengapa ,bila air ketuban pecah  duluan, persalinan jadi seret.
3.      Minum minyak kelapa memudahkan persalinan. Minyak kelapa memang konotasinya dapat membuat lancar dan licin. Namun dalam dunia kedokteran, minyak tak ada gunanya sama sekali dalam melancarkan keluarnya sang janin. Mungkin secara psikologis, ibu hamil meyakini,dengan minum dua sendok minyak kelapa dapat memperlancar persalinannya.
4.      Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan. Madu tidak boleh sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-nya cukup,sebaiknya jangan minum madu karena  bisa mengakibatkan overweight. Bukankah madu termasuk karbohidrat yang paling,tinggi kalorinya. Jadi madu boleh diminum hanya jika BB-nya kurang. Begitu BB naik dari batas yang di tentukan, sebaiknya segera dihentikan. Akan halnya telur tak masalah,karena mengandung protein yang juga menambah kalori.
5.      Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit persalinan. Yang membuat lengket ari-ari bukan daun kemangi, melainkan ibu yang pernah mengalami dua kali kuret atau punya banyak anak,misal empat anak. Ari-ari lengket bisa berakibat fatal karena kandungan harus diangkat. Ibu yang pernah mengalami kuret sebaiknya melakukan persalinan di RS besar. Hingga bila terjadi sesuatu dapat ditangani segera.
6.      Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar dkk (1996) menunjukkan beberapa tindakan/praktek yang membawa resiko infeksi seperti "ngolesi" (membasahi vagina dengan rninyak kelapa untuk memperlancar persalinan), "kodok" (memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus untuk rnengeluarkan placenta) atau "nyanda" (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandardan kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).


7.      Budaya Di daerah Magetan
Suami menunggu di samping istri sambil memberi motivasi, memberikan air minum seperti minuman dari daun Fatima, serta menanyakan tentang persalinan kepada pak kyai, dan memintakan minuman dari pak kyai. Pada saat memasuki kala II suami tetap berada di dekat istri, memberi semangat saat istri mengejan agar kesakitannya berkurang lalu membaca doa-doa untuk menenangkan istri. Ketika plasenta sudah terlepas, bidan mengurusi dan mencucikan plasenta. Saat masa nifas ibu dianjurkan makan makanan seperti tempe, tahu, nasi. Tidak boleh tidak boleh makan daging ayam atau daging lainnya serta telur. Selama nifas, posisi duduk ibu adalah selonjor, diganjal batu, juga diharuskan memakai stagen agar dapat menyangga perut ibu.
8.      Di Daerah Pacitan
Ibu diberi air minum yang terbuat dari rendaman kayu lotrok, atau diberi air minum yang terbuat dari rendaman ari-ari kucing. Jalan lahir atau vagina diolesi dengan minyak kelapa, dan minyak kelapa diminum juga. Suami berada di dekat istri dengan posisi menyangga pundak istri (menyundang), ubun-ubun ditiup-tiup oleh suami. Agar kelahiran menjadi lebih cepat mulut si ibu dimasukkan pucuk rambut si ibu hingga ibu muntah (rambut yang panjang). Ibu juga diberi telur ayam Jawa yang sudah direbus. Setelah bayi lahir, tali pusat dipotong dengan gunting. Selanjutnya bayi dan ibu dipijat oleh dukun bayi. Plasenta dicuci bersih kemudian di “bumbu” dengan kunyit, spirtus, garam lalu ditempatkan dibaskom. Selanjutnya si ibu dianjurkan memakai bengkung.
9.      Kebudayaan Persalinan di Nusa Tenggara
Di Nusa Tenggara, ibu yang baru melahirkan diasapi di tempat tidur dengan meletakkan tungku yang panas dan berasap di bawah tempat tidur. Masyarakat daerah tersebut percaya bahwa tindakan tersebut bertujuan agar ibu dan bayi tidak digigit nyamuk, lebih kuat, dan terhindar dari sakit. Padahal secara medis, pengasapan ibu dan bayi dapat menimbulkan risiko bagi ibu dan bayi. Risiko yang mungkin dapat ditimbulkan adalah dehidrasi karena kepanasan serta risiko pneumonia karena menghirup asap di ruang tertutup.
10.  Kebudayaan Persalinan di Daerah Papua
Di daerah Papua, terdapat kebiasaan menempatkan ibu hamil yang akan melahirkan di kandang ternak. Secara medis tentu saja hal ini sangat berisiko bagi ibu dan bayi karena umumnya kandang ternak sangat tidak bersih untuk proses melahirkan. Selain itu, banyak ibu di daerah pedalaman Papua yang masih melahirkan dengan cara yang tradisional dengan berjuang seorang diri di pinggir sungai. Bayangkan bagaimana cara sang ibu untuk memotong tali pusat yang kemungkinan jika dilakukan seorang diri akan rentan menimbulkan infeksi akibat tidak higienisnya alat pemotong pusat. Selain itu, sebagian masyarakat di sana juga mempercayai bahwa jika ibu melahirkan anak kembar, maka si ibu harus memilih salah satu anak untuk dibawa pulang dan membunuh salah satunya. Hal tersebut disebabkan oleh keyakinan bahwa anak kembar adalah dua saudara yang akan tumbuh saling bermusuhan.
11.  Di sebagian daerah, mempercayai bahwa memandikan bayi dengan menggunakan air dingin dapat membuat bayi kuat. Secara medis, bayi masih rentan terhadap lingkungan, termasuk suhu dingin. Oleh sebab itu, bayi baru lahir umumnya dibedong. Air dingin dapat menyebabkan pembakaran dan metabolisme tubuh bayi meningkat sehingga makanan dalam tubuh dapat habis hanya untuk mengatur suhu tubuh saat kedinginan. Akhirnya bayi tersebut dapat mudah kehabisan tenaga dan mudah sakit. Sebaiknya, bayi baru lahir dimandikan dengan menggunakan air hangat dan tidak terlalu lama, angkat bayi sebelum kedinginan.
UPAYA PERBAIKAN ADAT KEBIASAAN NEGATIF OLEH BIDAN
1.      Pendekatan Melalui Agama
Dari permasalahan aspek sosial budaya selama persalinan, kita dapat memberikan solusi dengan pendekatan melalui agama. Agama dapat memberikan petunjuk/pedoman pada umat manusia dalam menjalani hidup meliputi seluruh aspek kehidupan. Selain itu agama juga dapat membantu umat manusia dalam memecahkan berbagai masalah hidup yang sedang dihadapi.
Pendekatan melalui agama: bidan mengadakan pengajian bersama masyarakat yang kemudian diselingi dengan memberikan informasi mengenai pantangan makanan tertentu yang tidak terbukti kebenarannya sehingga masyarakat tidak mempercayai hal itu lagi.
2.      Pendekatan melalui Kesenian Tradisional
Dari permasalahan aspek sosial budaya selama persalinan, kita dapat memberikan solusi dengan pendekatan melalui kesenian Tradisional. Pendekatan sosial budaya yang dilakukan oleh bidan melalui kesenian tradisonal menyatakan bahwa peran bidan bukan hanya dalam pelayanan kesehatan saja. Tetapi bidan juga dapat menjadi seorang bidan pengelola. Misalnya seorang bidan praktik selain sebagai nakes, bidan juga dapat membuka hubungan kerja sama dengan suatu sanggar tari, lewat yayasan tersebut ia dapat menyampaikan pesan atau melakukan penyuluhan kesehatan.
Dalam perannya sebagai peneliti dimana bidan ikut meneliti tentang kebudayaan apa yang ada pada suatu daerah tempat penelitiannya tersebut.
Pendekatan melalui Kesenian tradisional : bidan dan ahli kesehatan lainnya ikut dalam kesenian tradisional misalnya kesenian wayang orang yang di dalamnya menampilkan pesan-pesan tentang hal yang mitos dan yang nyata agar masyarakat awam tidak salah persepsi dan tidak mempercayai hal-hal yang belum ada kebenarannya.
3.      Pendekatan melalui Paguyuban
Dari permasalahan aspek sosial budaya selama persalinan, kita dapat memberikan solusi dengan pendekatan melalui paguyuban. Paguyuban atau Gemeinschaft adalah suatu kelompok atau masyarakat yang diantara para warganya di warnai dengan hubungan-hubungan sosial yang penuh rasa kekeluargaan, bersifat batiniah dan kekal,serta jauh dari pamrih-pamrih ekonomi.
Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan pendekatan-pendekatan khususnya paguyuban. Untuk itu kita sebagai tenaga kesehatan khususnya calon bidan agar mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan peran aktif masyarakat agar masyarakat sadar pentingnya kesehatan, misalnya saja dengan mengadakan kegiatan posyandu di puskesmas-puskesmas.
Pendekatan melalui Paguyupan: bidan masuk kedalam kelompok masyarakat untuk bersosialisasi dan mencari tahu apa masalah yang sedang dialami masyarakat yang berhubungan mengenai kesehatan terutama ibu yang sedang hamil dan menjelaskan pada masyarakat bahwa pantangan - pantangan seorang ibu hamil untuk  tidak  makan makanan tertentu itu benar ataukah salah.
4.      Pendekatan melalui Pesantren
Dari permasalahan aspek sosial budaya selama persalinan, kita dapat memberikan solusi pendekatan melalui pesantren. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam yang mengembangkan fungsi pendalaman agama, kemasyarakatan dan penyiapan sumber daya manusia.
Tujuan umumnya adalah tercapainya pengembangan dan pemantapan kemandirian pondok pesantren dan masyrakat sekitar dalam bidang kesehatan. Tujuan khususnya adalah tercapainya pengertian positif pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya tentang norma hidup sehat, meningkatkan peran serta pondok pesantren dalam menyelenggarakan upaya kesehatan, terwujudnya keteladanan hidup sehat di lingkungan pondok pesantren.

Pendekatan melalui Pesantren: bidan melakukan penyuluhan di pesantren mengenai aspek sosial budaya selama persalinan yang tidak boleh dipercayai dan yang boleh dipercaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar