BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah
keluarnya placenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan
secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2008).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat - alat kandungan pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama 6 - 8
minggu. Periode nifas merupakan masa kritis bagi ibu, diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan, yang mana 50% dari kematian ibu tersebut terjadi dalam 24 jam pertama setelah
persalinan. Selain itu, masa nifas ini juga merupakan masa kritis bagi bayi , sebab dua pertiga
kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah
persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir (Saifuddin et al, 2002). Untuk itu perawatan
selama masa nifas merupakan hal yang sangat
penting untuk diperhatikan.
Perawatan masa nifas mencakup berbagai aspek mulai dari
pengaturan dalam mobilisasi, anjuran
untuk kebersihan diri , pengaturan diet, pengaturan miksi dan defekasi, perawatan payudara (mamma) yang ditujukan
terutama untuk kelancaran pemberian air susu ibu guna pemenuhan nutrisi bayi,
dan lain - lain (Rustam Mochtar, 1998 dan Saifuddin et al, 2002).
Program pelayanan kunjungan selama masa nifas dilakukan
sebanyak tiga kali. Yaitu
Untuk menangani masalah ini, bidan diharapkan dapat
memberikan asuhan masa nifas menggunakan metode SOAP
B.
Tujuan
1.
Tujuan
umum
Untuk menerapkan asuhan kebidanan nifas pada
ibu nifas normal.
2.
Tujuan
khusus
Menetapkan dan mengembangkan pola pikir
secara ilmiah kedalam proses asuhan kebidanan serta mendapat pengalaman dalam
melaksanakan asuhan kebidanan penulis diharapkan mampu :
a.
Melaksanakan
pengkajian data subjektif pada masa nifas
b.
Melaksanakan
pengkajian data subjektif pada masa nifas
c.
Menentukan
analisis data pada masa nifas
d.
Melakukan
penatalaksaan pada masa nifas
C.
Manfaat
1.
Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh
serta mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara
langsung pada ibu sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis di dalam
melaksanakan tugas sebagai bidan.
2.
Bagi
Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan
perbandingan pada asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis.
3.
Bagi
Klien dan Keluarga
Agar klien mengetahui dan memahami perubahan
fisiologis yang terjadi pada masa nifas secara fisiologis maupun psikologis
serta masalah pada masa nifas sehingga timbul kesadaran bagi klien untuk
memperhatikan keadaannya pada masa nifas.
4.
Bagi
Lahan Praktek
Hasil penulisan dapat memberikan masukan
terhadap tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dan selalu menjaga mutu kesehatan.
5.
Bagi
Masyarakat
Merupakan informasi kepada masyarakat tentang
perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas baik secara biologis dan
psikologis serta masalah pada masa nifas
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan
Teori
1.
Pengertian Nifas
Masa
nifas (puerperium) adalah masa setelah
keluarnya placenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan
secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2008).
Periode
post natal adalah waktu penyerahan dari selaput dan plasenta (menandai akhir
dari periode intrapartum) menjadi kembali ke saluran reproduktif wanita pada
masa sebelum hamil. Periode ini juga disebut puerperium (Varney, 2002).
Masa
nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu
berikutnya (JHPEIGO, 2002).
Masa
nifas
adalah masa sesudah persalinan
dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan
kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6
minggu (Saleha, 2009).
2.
Perubahan Fisiologis Masa Nifas
a.
Sistem Reproduksi
1)
Perubahan
kelenjar mamae
Pada masa pertengahan masa kehamilan
masing-masing dari kedua tunas kelenjar mama pada janin yang ditakdirkan
membentuk payudara mulai tumbuh dan memisah,dengan pembentukan 15 sampai 25
tunas sekunder yang menjadi dasar bagi sistem duktus pada payudara dewasa. Masing-masing
tunas sekunder memanjang menjadi sebuah tali,bercabang, dan berdiferensiasi
menjadi dua lapisan konsentrik dari sel-sel kuboid dan sebuah limen sentral.
Lapisan sel bagian dalam akhirnya membentuk epitel sekretorik, yang mensintesis
air susu, sedangkan lapisan luar menjadi mioepitel, yang menyediakan mekanisme
pengeluaran air susu.
Pada hari kedua post partum sejumlah
kolostrum, cairan yang disekresi oleh payudara selama 5 hari pertama setelah
kelahiran bayi, dapat diperas dari putting susu. Kolostrum lebih banyak
mengandung lebih banyak protein, yang sebagian besar adalah globulin, dan lebih
banyak mineral tetappi gula dan lemak lebih sedikit. Meskipun demikian
kolostrum mengandung globul lemak agak besar didalam yang disebut korpuskel
kolostrum,yang oleh beberapa hari diaanggap merupakan sel-sel epitel yang
mengalami degenerasi lemak dan oleh ahli lain dianggap fagost mononuclear yang
mengandung cukup banyak lemak. Sekresi kolostrum bertahan selama 5 hari, dengan
perubahan bertahap menjadi susu matur. Antibody mudah ditemukan didalam
kolostrum. Kandungan immunoglobulin A mungkin memberikan perlindungan pada
neonates melawan infeksi enteric. Faktor-faktor kekebalan hostpes lainnya, juga
imunoglobuli-imunoglobulin, terdapat didalam kolostrum manusia dan air susu.
Faktor-faktor ini meliputi komponen komplemen, makrofag, limfosit,
laktoperoksidase, dan lisozim.
Kompenen utama air susuadalah protein, air,
laktosa, dan lemak. Air susu isotonic dengan plasma, dengan laktosa bertanggung
jawab terhadap separuh tekanan osmotiknya. Protein utama didalam air susu ibu
laktal bumin, dan kasein disintesis didalam reticulum endoplasmic kasar sel
sekretorik alveoli. Asam amino esensial dari darah, dan asam amino non esensial
sebagian berasal dari dari darah atau disintesis didalam kelenjar mamma.
Kebanyakan protein air susu adalah protein-protein unik yang tidak ditemukan
dimanapun. Juga prolaktin nampaknya secara aktif disekresi didalam air susu.
Air susu manusia mengandung konsentrasi
rendah besi. Tetapi besi didalam air susu manusi absorbsinya lebih baik dari
pada besi didalam susu sapi. Simpanan besi itu tampaknya tidak mempengaruhi
jumlah besi didalam air susu. Kelenjar mamma seperti kelenjar teroit menghimpun
yudium didalam air susu. Konsentrasi perkiraan komponen yang lebih penting
didalam kolostrum, air susu manusia matur konsentrasi ini dapat bervariasi
tergantung penelitian saaat nifas.
Mekanisme humural dan neural tepatnya yang
terlibat didalam laktasi jelas kompleks. Progesteron, esterogen,dan laktogen plasenta,
dan prolaktin, kortisol dan insulin tampaknya bekerja secara selaras untuk
merangsang pertumbuhan dan perkembangan apparatus pensekresi susu pada kelenjar
mamma. Dengan kelahiran, terdapat penurunan mendadak dan besar kadar
progesterone dan esterogen, yang berfungsi mengawali laktasi. Laktasi tidak
dimulai sampai pada akhir kehamilan karena kadar eksterogen dan progesterone
yang tinggi selama kehamilan mengganggu kerja laktogenik prolaktin dan seteroid
adrenal.
Sebaliknya dalam keadaan normal, intensitas
dan lama laktasi berikutnya dikontrol sebagaian besar oleh perangsangan
berulang-ulang proses menyusui. Prolaktin penting bagi laktasi, wanita dengan
mikrosis hipofisis luas, seperti pada sindrom Sheehan, tidak mengalami laktasi.
Meskipun prolaktin plasma turun setelah kelahiran hingga mencapai kadar yang
jauh lebih rendah daripada selama kehamilan, setiap tindakan isappan putting
mencetuskan peninggian kadar prolaktin. Agaknya suatu rangsang dari payudara
mengurangi pelepasan faktor penghambat prolaktin dari hipotalamus, yang pada
gilirannya menginduksi peningkatan sekresi sementara prolaktin oleh hipofisis.
Neuro hipofisis secara berdenyut mensekresi
oksitosin, yang merangsang pemerasan susu dari payudaralaktasi dengan
menyebabkan kontraksi sel-sel mioepietel dialveoli dan duktus-duktus susu kecil
sebenarnya, mekanisme ini telah dipakai untuk melakukan assai aktivitas
oksitosin didalam cairan-cairan biologi. Pengeluaran air susu merupakan sebuah
reflek khususnya diinisiasi oleh isapan putting susu, yang merangsang
neorohipofisis untuk melepaskan oksitosin oleh tangisan bayi atau dihambat oleh
rasa takut atau stress.
Pada wanita yang berlaktasi tetapi mulai
mengalami ovulasi lagi,terdapat perubahan akut komposisi air susu 5 sampai 6
hari sebelum dan 6 sampai 7 hari setelah ovulasi. Perubahan ini mendadak dan
ditandai dengan meningkatnya konsentrasi natrium dan klorida, bersamaan dengan
menurunyya konsentrasi kalium, laktosal dan glukosa. Wanita yang menjadi hamil
tetapi terus menyusui, komposisi air susu mengalami perubahan progresif yang
mengesankan hilangnya secara perlahan aktifitas sekretorik dan metabolic
payudara.
Antibody terdapat didalam kolostrum dan air
susu manusia, tetapi diabsorbsi dengan buruk, bahkan tidak sama sekali dari
usus bayi. Tidak ada antibody antide yang terdeteksi didalam bayi yang disusui
susu yang mengandung titter tinggi antibody antide tetapi keadaan ini tidak
perlu mengurangi pentingnya beberapa antibody didalam asi.imunno globulin yang
menonjol didalam air susu adalah IgA secretorik, sebuah makro mulekul yang
penting dalam proses antimikroba pada membram mukossa diseberang tempat
sekresinya.
Hampir 2/3 wanita memberikan asi pada
bayi-bayi berumur 1 minggu, dibanding dengan kurang dari 1/3 pada 25 tahun
sebelumnya. Air susu pada awalnya tampak tidak cukup, suplay ini menjadi cukup
kalau suplay penyusuan diteruskan. Menyusui juga mempercepat involusi rahim,
karena berulang pada putting melalui pelepasan oksitosin menyebabkan
peningkatan kontraksi miometrium.
2)
Perubahan
Pada Uterus
Dalam masa nifas, uterus akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan uterus
ini dalam keseluruhannya disebut involusi. Involusi disebabkan oleh :
a)
Pengurangan
estrogen plasenta
Pengurangan estrogen menghilangkan stimulus ke hipertropi dan
hyperplasia uterus.
b)
Iskemia
Miometrium. Miometrium terus berkontraksi dan berinteraksi setelah kelahiran.
c)
Otolisi
miometrium.
Tinggi
fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi terlihat pada table berikut
ini:
No
|
Waktu involusi
|
Tinggi Fundus Uteri
|
Berat Uterus
|
1
|
Bayi Lahir
|
Setinggi Pusat
|
1000 gr
|
2
|
Plasenta lahir
|
2 jari bawah pusat
|
750 gr
|
3
|
1 minggu
|
Pertengahan pusat-simfisis
|
500 gr
|
4
|
2 minggu
|
Tidak teraba diatas simfisis
|
350 gr
|
5
|
6 minggu
|
Bertambah kecil
|
50 gr
|
6
|
8 minggu
|
Sebesar normal
|
30gr
|
Lochea
Lochea
adalah cairang secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa
nifas. Lochea mempunyai bau amis (anyir), meskipun tidak terlalu menyengat dan
volumenya berbeda pada setiap wanita. Lochea biasanya berlangsung kurang lebih
selama 2 minggu setelah bersalin, namun penelitian terbaru mengindikasikan
bahwa lochea menetap hingga 4 minggu dan dapat berhenti atau berlanjut hingga
56 hari setelah bersalin. Lochea juga mengalami perubahan karena proses
involusi. Pembagian lokia :
a)
Lokia
rubra (cruenta), muncul pada hari 1 – 2 pasca persalinan, berwarna merah
mengandung darah dan sisa-sisa selaput ketuban, jaringan dari decidua, vernix
caseosa, lanugo, dan mekonium.
b)
Lokia
sanguilenta, muncul pada hari 3-7 pasca persalinan, berwarna merah kuning dan
berisi darah lender.
c)
Lokia
serosa, muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan, berwarna kecoklatan
mengandung lebih banyak serum, lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga
terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.
d)
Lokia
alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca persalinan,berwarna putih kekuningan,
mengandung leukosit, selaput lender servix dan selaput jaringan yang mati.
e)
Lokia
purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah yang berbau busuk.
f)
Lochiostatis,
lokia yang tidak lancar keluarnya.
3)
Perubahan
pada Serviks dan Segmen bawah Uterus
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi
lembek, kendor, terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan
korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga
perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks
merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi
dilahirkan, tangan pemeriksa masuk dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1
minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Oleh karena hiperpalpasi dan
retraksi serviks, robekan serviks dapat sembuh. Namun demikian, selesai
involusi, ostium eksternum tidak sama waktu sebelum hamil. Pada umumnya ostium
sternum lebih besar, tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya,
terutama pada pinggir sampingnya.
4)
Perubahan
pada Vulva, Vagina, dan Perinium
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam ebebrapa
hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam
keadaan kendur vagina dan pintu keluar vagina pada bagian pertama masa nifas
membentuk lorong ebrdinding lunak dan luas yang ukurannya secara
perlanahan-lahan mngecil tetapi jarang kembali keukuran nulipara. Setelah
minggu ketiga rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali
sementara labia menjadi lebih menonjol.
Hymen mengalami rupture pada saat melahirkan
bayi pervaginam, kemudian setelah melahirkan hymen muncul sebagai bebrapa
potong jaringan kecil, yang selama proses sikatrisasi siubah menjadi caranculai
mirtoformis yang khas pada wanita yang pernah melahirkan. Orifisium vagina
biasanya tetpa sedikit membuka setelah melahirkan anak.
5)
Perubahan
di peritoneum dan Dinding Abdomen
Ketika miometrium berkontraksi dan bertraksi
setelah kelahiran dan beberapa hari sesudahnya, peritoneum yang membungkus
sebagan besar uterus dibentuk menjadi lipatan-lipatan dan kerutan-kerutan.
Ligamentum latum dan rotundum jauh lebih kendur daripada kondisi tidak hamil,
dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk kembali dari peregangan dan
pengendoran yang telah dialaminya selama kehamilan tersebut.
b.
Sistem
Pencernaan
Kerap kali diperlukan waktu
3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesterone menurun
setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu
atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika
sebelum melahirkan diberikan enema.
Kerja usus besar setelah
melahirkan dapat juga terganggu oleh rasa sakit pada perineum, hemoroid yang
menjadi prolaps dan bengkak selama kala 2 persalinan atau kurangnya privasi
pada ruang perawatan pasca natal.
c. Sistem Perkemihan
Kandung kencing masa nifas
mempunyai kapasitas yang bertambah besar dan relatif tidak sensitif terhadap
tekanan cairan intravesika. Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu
12-36 jam setelah melahirkan.
Fungsi ginjal kembali normal
dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar
akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan.
Ibu postpartum dianjurkan
segera buang air kecil, agar tidak mengganggu proses involusi uteri dan ibu
merasa nyaman. Namun demikian, pasca melahirkan ibu merasa sulit buang air
kecil.
Bila wanita pasca persalinan
tidak dapat berkemih dalam waktu 24 jam pasca persalinan mungkin ada masalah
dan sebaiknya segera dipasang dower kateter selama 24 jam. Bila kemudian
keluhan tak dapat berkemih dalam waktu 4 jam, lakukan katerisasi dan bila
jumlah residu > 200 ml maka kemungkinan ada gangguan proses urinasinya. Maka
kateter tetap terpasang dan dibuka 4 jam kemudian, bila volume urin < 200
ml, kateter dibuka dan pasien diharapkan dapat berkemih sperti biasa.
d. Sistem Muskuloskeletal / diastasis recti
abdominalis
Adaptasi sistem
muskuluskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-hal yang dapat membantu relaksasi
dan mobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran uterus.
Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi pada minggu ke-6 sampai ke-8 satelah
wanita melahirkan.
e.
Sistem
Endokrin
Adanya perubahan dari hormon plasenta yaitu
estrogen dan progesteron yang menurun. Hormon-hormon pituitary mengakibatkan
prolaktin meningkat, FSH menurun, dan LH menurun. Produksi ASI mulai pada hari
ke 3 pospartum yang mempengaruhi hormon prolaktin, oksitosin, reflek let. Down
dan reflek sucking. Selama proses kehamilan dan persalinan terhadap perubahan
pada sistem endokrin. Hormon – hormon yang berperan pada proses tersebut,
antara lain :
1)
Hormon
plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan
hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat
pasca persalinan. Penurunan hormon plasenta (human placental lactogen)
menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa nifas. Human chorionic
gonadotropin atau HCG menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam
hingga hari ke-7 pospartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3
pospartum.
2)
Hormon
pituitary
Hormon pituitary antara lain : hormon
prolaktin, FSH, dan LH. Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada
wanita tidak menyusui menuru dalam waktu 2 minggu. Hormon prolaktin berperan
dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu, FSH dan LH meningkat
pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga
ovulasi terjadi.
3)
Hipotalamik
pituary ovarium
Hipotalamik pituary ovarium akan mempengaruhi
lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui maupun tidak menyusui.
Pada wanita yang menyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan
berkisar 16 % dan 45 % setelah 12 minggu pasca melahirkan. Sedangkan pada
wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar 40 % setelah 6
minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.
4)
Hormon
oksitosin
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar
otak bagian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara.
Selama tahap ketiga persalinan,hormon oksitosin berperan dalam pelepasan
plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan
bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat
membantu involusi uteri.
5)
Hormon
estrogen dan progesteron
Volume darah normal selama kehamilan, akan
meningkat. Hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon anti diuretik yang
dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi saluran
kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perinium dan vulva serta
vagina.
f.
Sistem
Kardiovaskuler
Kehilangan darah pada persalinan pervaginam
sekitar 300-400cc,sedangkan kehilangan darah dengan persalinan seksio-sesaria
menjadi dua kali lipat. Perubahan yang terjadi terdiri dari volume darah dan
hemokonsentrasi. Pada persalinan pervaginam, hemokonsentrasi akan naik dan pada
persalinan seksio sesaria, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal
setelah 4-6 minggu.
g.
Sistem
Pernapasan
Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah
±6cm, tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional dan volume
residu paru-paru karena pengaruh diafragma yang naik ±4cm selama
kehamilan.Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per
menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini
dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan
pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu
nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum
menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok. Perubahan ini akan
mencapai puncaknya pada minggu ke 37 dan akan kembali hampir seperti sediakala
dalam 24 minggu setelah persalinan.
h.
Sistem
Hematologi
Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya
akan kehilangan volume plasma daripada sel darah, penurunan plasma ditambah
peningkatan sel darah pada waktu kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan
hematoktir, dan haemoglobin pada hari ketiga sama tujuh hari setelah
persalinan. Jumlah sel darah putih atau leukosit selama 10 sampai 12 setelah
persalinan umumnya berkisar antara 20.000 sampai 25.000/mm,faktor pembekuan
darah akan terjadi ekstensif setelah persalinan yang bersama dengan
pergerakan,trauma atau sepsis bisa menyebabkan trombo emboli. Keadaan produksi
tertinggi dan pemecahan fibrin mungkin akibat pengeluaran tempat pelepasan
plasenta.
3. Perubahan Psikologis Masa Nifas
1.
Periode
taking in
a.
Periode
ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasif dan
tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya.
b.
Ia
mungkin akan mengulang-ulang menceritakan pengalamannya waktu melahirkan.
c.
Tidur
tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan kesehatan akibat kurang
istirahat.
d.
Peningkatan
nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan penyembuhan luka, serta
persiapan proses laktasi aktif.
e.
Dalam
memberikan asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi kebutuhan psikologis ibu.
Pada tahap ini, bidan dapat menjadi pendengar yang baik ketika ibu menceritakan
pengalamannya. Berikan juga dukungan mental atau apresiasi atas hasil
perjuangan ibu. Bidan harus dapat menciptakan suasana nyaman bagi ibu sehingga
ibu dapat dengan leluasa dan terbuka mengemukakan permasalahan yang dihadapi.
2.
Periode
Taking On
a.
Periode
ini berlangsung pada hari ke2-4 post partum.
b.
Ibu
menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orangtua yang sukses dan
meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.
c.
Ibu
berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB, BAK, serta kekuatan dan
ketahanan tubuhnya.
d.
Ibu
berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi, misalnya
menggendong, memandikan, memasang popok, dan sebagainya.
e.
Pada
masa ini, ibu biasanya agak sensitive dan tidak mahir dalam melakukan hal-hal
tersebut.
f.
Pada
tahap ini bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan yang terjadi.
g.
Tahap
ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberikan bimbingan cara
perawatan bayi.
4. Kebutuhan Dasar pada Ibu Nifas
a.
Nutrisi
dan Cairan
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup,
gizi seimbang, terutama kebutuhan kalori dan karbohidrat. Gizi ibu nifas sangat
erat kaitannya dengan produksi air susu yang di butuhkan untuk tumbuh kembang
bayi. Ibu nifas tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang
terpenting adalah makanan yang menjamin pembentukan air susu yang berkualitas
dalam jumlah yang cukup.
1)
Kebutuhan
kalori harus proposional dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan lebih
tinggi selama menyusui di banding selama hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI
yang di hasilkan ibu dengan nutrisi yang baik adalah 70 kal/ 100ml dan
kira-kira 85kal yang di butuhkan ibu untuk 100ml ASI yang di hasilkan.
2)
Ibu
memerlukan tambahan 20gr protein di atas kebutuhan normal. Protein di perlukan
untuk pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak dan mati.
3)
Nutrisi
lain yang perlukan adalah asupan cairan. Ibu di anjurkan minum 2-3 liter per
hari dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah. Mineral, air dan vitamin di
gunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur metabolisme
dalam tubuh.
4)
Pil zat
besi atau Fe harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya setelah
melahirkan.
5)
Minum
kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam setelah
melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat memberikan vitamin A pada bayinya
melalui ASI.
b.
Ambulansi
Pada
persalinan normal sebaiknya ambulasi di kerjakan setelah 2 jam ( ibu boleh
miring ke kiri atau ke kanan). Keuntungan lain dari ambulasi dini adalah :
1)
Ibu
merasa lebih sehat dan kuat
2)
Faal
usus dan kandung kemih yang lebih baik
3)
Kesempatan
yang baik untuk mengajari ibu merawat atau memelihara anaknya.
4)
Tidak
menyebabkan perdarahan yang abnormal
5)
Tidak
mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka di perut.
6)
Tidak
memperbesar kemungkinan prolaps atau retroflexio.
Ambulansi dini di lakukan secara berangsur- angsur,
maksudnya bukan berarti ibu harus langsung bekerja (mencuci, memasak, dan
sebagainya) setelah bangun.
c.
Eliminasi
Buang
air besar harus ada dalam 3 hari setalah melahirkan. Bila ada konstipasi dan
timbul koprostase hingga skibala (feses yang mengeras) tertimbun di rektum,
mungkin akan terjadi febris. Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan klisma
atau diberi laksan peroral.
Pengeluaran
cairan lebih banyak pada waktu persalinan sehingga dapat mempengaruhi
terjadinya konstipasi. Biasanya 2-3 hari postpartum masih susah BAB, maka
sebaiknya di berikan laksan atau paraffin (1-2 postpartum), atau pada hari ke 3
di beri laksan supositoria dan minum air hangat.
d.
Kebersihan
diri
Karena
keletihan dan kondisi psikis yang belum stabil, biasanya ibu post partum masih
belum cukup kooperatif untuk membersihkan dirinya. Bidan harus bijaksana dalam
memberikan motivasi ini tanpa mengurangi keaktifan ibu untuk melakukan personal
hygiene secara mandiri. Pada tahap awal, bidan dapat melibatkan keluarga dalam
perawatan kebersihan ibu.
e.
Istirahat
Ibu
postpartum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan
kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan
kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk energi menyusu
ibayinya nanti.
Kurang
istirahat pada ibu postpartum akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya :
1)
Mengurangi
jumlah ASI yang diproduksi
2)
Memperlambat
proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3)
Menyebabkan
depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
f.
Seksual
Secara
fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan
ibu dapat memasukkan satu atau diajarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.
Banyak budaya dan agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai
masa waktu tertentu misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran.
Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan .
g.
Latihan
/ SenamNifas
Untuk
mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal sebaiknya latihan masa nifas dilakukan
seawal mungkin dengan catatan ibu menjalani persalinan dengan normal dan tidak
berpenyulit postpartum.
Sebelum
memulai bimbingan cara senam nifas, sebaiknya bidan mendiskusikan terlebih
dahulu dengan pasien mengenai pentingnya otot perut dan panggul untuk kembali
normal. Dengan kembalinya kekuatan otot perut dan panggul akan mengurangi
keluhan sakit punggung yang biasanya dialami oleh ibu nifas. Latihan tertentu
beberapa menit setiap hari akan sangat membantu untuk mengencangkan otot bagian
perut.
5.
Kunjungan
Ibu Nifas
a.
Kunjungan ke-1 (6 jam sampai 3 hari setelah
persalinan), tujuannya untuk:
1)
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2)
Memeriksa TFU
3)
Melihat kondisi
jahitan jalan lahir untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
4)
Medeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan
merujuk apabila perdarahan berlanjut
5)
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
6)
Pemberian ASI awal.
7)
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
8)
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermia.
9)
Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau
sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil 2
10) Mengkaji eliminasi Ibu. Ibu harus sudah BAK pada 6 jam
pertama. Ibu harus sudah BAB pada 3 hari pertama.
11) Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan, dan istirahat.
12) Memberi pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya masa
nifas
b.
Kunjungan ke-2 (3-28 hari setelah persalinan), tujuannya untuk:
1)
Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
ada bau.
2)
Memastikan
ibu mendapatkan istirahat yang cukup
3)
Memastikan
ibu dapat merawat bayi nya dengan baik.
4)
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau
perdarahan abnormal.
5)
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
6)
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.
c.
Kunjungan ke-3 (29-42 hari setelah persalinan), tujuannya untuk:
1)
Mengkaji
pola eliminasi Ibu
2)
Memastikan
ibu menyusui bayi nya dengan benar
d.
Kunjungan ke-4 (42 hari
setelah persalinan), tujuannya untuk:
1)
Memberikan konseling untuk KB secara dini.
6.
Deteksi
Dini Komplikasi Masa Nifas
a.
Perdarahan
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml
setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan. Terdapat
beberapa masalah mengenai definisi ini , yaitu :
1)
Perkiraan
kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya , kadang-kadang hanya
setengah dari biasanya . Darah tersebut bercampur cairan amnion atau urine.
Darah tersebar pada spon, handuk, dan kain didalam ember dan lantai.
2)
Volume
darah yang hilang juga bervariasi. Kekurangan darah dapat diketahui dari kadar
hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal dapat menyesuaikan diri
terhadap kehilangan darah yang mungkin dapat menyebabkan anemia. Seorang ibu
yang sehat dan tidak anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan
darah.
3)
Perdarahan
dapat terjadi secara lambat dalam jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini
mungkin tidak dikenali sampai terjadi syok.
Penilaian
risiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan terjadinya perdarahan
pasca persalinan. Penanganan akut kala III sebaiknya dilakukan pada semua
wanita yang bersalin. Hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pasca
persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca persalinan harus dipantau
dengan ketat untuk kemungkinan perdarahan fase persalinan.
Penyebab
perdarahan pada masa nifas adalah sebagai berikut :
1)
Sisa
plasenta dan polip plasenta
Sisa plasenta dalam nifas menyebabkan
perdarahan dan infeksi. Perdarahan yang banyak dalam nifas hampir selalu
disebabkan oleh sisa plasenta. Jika pada pemeriksaan plasenta ternyata jaringan
plasenta tidak lengkap,maka harus dilakukan eksplorasi dari cavum uteri.
Potongan-potongan plasenta yang ketinggalan tanpa diketahui biasanya
menimbulkan perdarahan postpartum lambat.
2)
Endometritis
puerperalis
Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen,
radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan
darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas
keping-keping nekrosis serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan
daerah sehat terdapat lapisan yang banyak terdapat leukosit-leukosit.
Perdarahan biasanya tidak banyak, pengobatannya diberi obat antibiotik.
b.
Infeksi Masa Nifas
Infeksi
puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia setelah persalinan, biasanya
dari endometrium bekas insersi plasenta .
Pada
umumnya disebabkan oleh bakteri aerob dan anaerob, yaitu :
1) Streptococcus haemolyticus aerobicus
2) Staphylococcus aereus
3) Escherichia coli
4) Clostridium welchii
Infeksi puerperalis dibagi dalam dua golongan
yaitu sebagai berikut:
1) Infeksi terbatas, Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium.
2) Infeksi yang menyebar, Penyebaran infeksi ini dapat melalui pembuluh
darah , limfe, dan permukaan endometrium (tromboflebitis, parametritis, salpingitis, dan peritonitis)
c.
Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik,
Dan Penglihatan Kabur
Wanita
yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau penglihatan kabur.
Penanganan terhadap gangguan ini meliputi :
1) Jika ibu sadar, periksa nadi, tekanan darah,
dan pernapasan.
2) Jika ibu tidak bernapas, periksa dan lakukan
ventilasi dengan masker dan balon. Lakukan intubasi jika perlu. Dan jika
pernapasan dangkal, periksa dan bebaskan jalan napas serta beri oksigen 4 sampai
6 liter per menit.
3) Jika pasien tidak sadar/koma, bebaskan jalan
napas, baringkan miring, ukur suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk.
d.
Pembengkakan Wajah Atau Ekstremitas
Bila
terjadi gejala ini, periksa adanya varises, periksa kemerahan pada betis, dan
periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki, atau kaki mengalami edema
(perhatikan adanya edema puting, jika ada).
e.
Demam, Mual Muntah, Dan Nyeri Berkemih.
Organisme
yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari flora normal perineum.
Telah terdapat bukti bahwa beberapa galur Escherichia coli memiliki pili yang
meningkatkan virulensinya (Svanborg-Eden, 1982).
Pada
masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih didalam
vesika sering menurun akibat trauma persalinan atau analgesia epidural atau
spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa
tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi periuretra,
atau hematoma dinding vagina.
Setelah
melahirkan, terutama saat infus oksitosin dihentikan, terjadi diuresis yang
disertai peningkatan produksi urine dan distensi kandung kemih. Overdistensi
yang disertai kateterisasi untuk mengeluarkan air kemih sering menyebabkan
infeksi saluran kemih. Kejadian infeksi
saluran kemih pada masa nifas relatif tinggi dan hal ini dihubungkan dengan
hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih waktu persalinan,
pemeriksaan dalam yang terlalu sering, kontaminasi kuman dari perineum, atau
kateterisasi yang sering.
Sistitis biasanya
memberikan gejala beberapa nyeri berkemih (disuria), sering berkemih, dan tak
dapat menahan untuk berkemih. Demam biasanya jarang terjadi. Adanya restensi
urine pascapersalinan umumnya merupakan tanda adanya infeksi.Pielonefritis
memberikan gejala yang lebih berat, demam, mengigil, serta perasaan mual dan
muntah. Selain disuria, dapat juga terjadi piuria dan hematuria.
Untuk pengobatan
infeksi pada saluran kemih, Antibiotik yang terpilih meliputi golongan
nitrofurantoin, sulfonamide, trimetropim, sulfametoksazol, atau sefalosporin.
Banyak penelitian yang melaporkan resistensi mikrobakterial terdapat golongan
penisilin. Pielonefritis membutuhkan penangan yang lebih awal, pemberian dosis
awal antibiotik yang tinggi secara intervena, misalnya sefalosforin 3 – 6
gram/hari dengan atau tanpa aminoglikosida. Sebaiknya juga dilakukan kultur
urine.
f. Perubahan Payudara
1) Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa
sakit. Disebabkan oleh payudara yang tidak disusu secara adekuat, putting susu
yang lecat, BH yang terlalu ketat, ibu dengan diet jelek, kurang istirahat,
anemia.
2) Mastitis. Mastitis adalah peradangan pada
payudara.Mastitis ini dapat terjadi kapan saja sepanjang periode menyusui, tapi
paling sering terjadi antara hari ke – 10 dan hari ke – 28 setelah kelahiran.
Penyebab
a) Payudara bengkak yang tidak disusukan secara adekuat.
b) Bra yang terlalu ketat.
c) Putting susu lecet yang menyebabkan infeksi.
d) Asupan gizi kurang, istirahat tidak cukup dan terjadi
anemia.
Gejala
a) Bengkak dan nyeri.
b) Payudara tampak merah pada keseluruhan atau di tempat
tertentu.
c) Payudara terasa keras dan berbenjol-benjol.
d) Ada demam dan rasa sakit umum.
Penanganan
a) Payudara dikompres dengan air hangat
b) Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan
analgetika.
c) Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika.
d) Bayi mulai menyusu dan payudara yang mengalami
peradangan.
e) Anjurkan ibu selalu menyusui bayinya.
f) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
dan istirahat cukup.
3) Abses payudara
Abses
payudara berubah dengan mastitis.Abses payudara terjadi apabila mastitis tidak
tertangani dengan baik, sehingga memperkuat infeksi.
Gejala
a) Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah.
b) Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.
c) Benjolan terasa lunak karena berisi nanah.
Penanganan
a) Teknik menyusui yang benar.
b) Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin
secara bergantian.
c) Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui
bayinya.
d) Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.
e) Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses,
tetapi ASI harus tetap dikeluarkan.
f) Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah,
berikan antibiotic.
g) Rujuk apabila keadaan tidak membaik.
4) Putting susu lecet (Abraded and or Cracked Nipple)
Putting
susu lecet dapat disebabkan trauma pada putting susu saat menyusui, selain itu
dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada putting susu
bias sembuh sendiri dalam waktu 48 jam.
Penyebab
a) Teknik menyusui yang tidak benar.
b) Putting susu terpapar oleh sabun, krim, alcohol
ataupun zat iritan lain saat ibu membersihkan putting susu.
c) Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada putting
susu ibu.
d) Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue)
e) Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat.
Penanganan
a) Cari penyebab putting susu lecet.
b) Bayi disusukan lebih dulu pada putting susu yang
normal atau lecetnya sedikit.
c) Tidak menggunakan sabun, krim, alcohol, ataupun zat
iritan lain saat membersihkan payudara.
d) Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam)
e) Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai ke
kalang payudara dan susukan secara bergantian diantara kedua payudara
f) Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke putting yang
lecet dan biarkan kering.
g) Pergunakan BH yang menyangga.
h) Bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurang
rasa sakit.
i)
Jika penyebabnya
monilia, diberi pwngobatan dengan tablet Nystatin.
5) Saluran susu tersumbat (Obstructed Duct)
Saluran
tersumbat hampir selalu dapat terselesaikan tanpa pengobatan khusus antara 24
hingga 48 jam setelah terjadi. Selama sumbatan itu masih ada, bayi mungkin saja
rewel ketika menyusu di payudara tersebut karena aliran ASI akan lebih lambat
dari biasanya. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya tekanan dari benjolan
yang menekan saluran lain.
Penyebab
a) Air susu mengental hingga menyumbat lumen saluran. Hal
ini terjadi sebagai akibat air susu jarang dikeluarkan.
b) Adanya penekanan saluran air susu dari luar.
c) Pemakaian bra yang terlalu ketat.
Gejala, Gejala ini jarang sekali dirasakan antara lain
:
a) Pada payudara terlihat jelas dan lunak pada perabaan
(pada wanita kurus).
b) Payudara terasa nyeri dan bengkak pada payudara yang
tersumbat.
Penanganan
a) Payudara dikompres dengan air hangat dan air dingin
setetlah bergantian, setelah itu bayi disusui.
b) Lakukan masase pada payudara untuk mengurangi nyeri
dan bengkak.
c) Menyusui bayi sesering mungkin.
d) Bayi disusui mulai dengan payudara yang salurannya
tersumbat.
e) Gunakan bra yang menyangga payudara.
f) Posisi menyusui diubah-ubah untuk melancarkan aliran
ASI.
(Damai Yanti :2011 hal 105-109)
6) Payudara bengkak
Penyebab,
Pembengkakan payudara adalah karena ASI tidak disusui dengan adekuat, sehingga
sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya
pembengkakan.Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat
sesudah melahirkan. Statis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan
meningkatnya tekanan intrakaudal, yang akan memengaruhi segmen pada payudara,
sehingga tekanan seluruh payudara meningkat. Akibatnya, payudara serign terasa
penuh, tegang, serta nyeri.Kemudian diikuti oleh penurunan produksi ASI dan
penuruna let down.Penggunaan bra yang ketat juga bisa menyebabkan segmental engorgement,
demikian pula puting yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus.
Gejala,
Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sulit disusui oleh bayi,
karena kalang payudara lebih menonjol, putting lebih datar dan sulit diisap
oleh bayi, kulit pada payudara nampak lebih mengkilap, ibu merasa demam, dan
payudara terasa nyeri.Oleh karena itu, sebelum disusukan pada bayi, ASI harus
diperas dengan tangan atau pompa terlebih dahulu agar payudara lebih lunak,
sehingga bayi lebih mudah menyusui.
Penanganan
a)
Masase payudara dan
ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui.
b)
Kompres dingin untuk
mengurangi statis pembuluh darah vena dan mengurangi rasa nyeri. Bila dilakukan
selang-seling dengan kompres panas untuk melancarkan pembuluh darah.
c)
Menyusui lebih sering
dan lebih lama pada payudara yang terkena untuk melancarkan aliran ASI dan
menurunkan tegangan payudara.
g.
Kehilangan Nafsu Makan Dalam Waktu Yang Lama
Sesudah
bayi lahir, ibu akan merasa lelah dan mungkin juga lemas karena kehabisan
tenaga. Hendaknya ibu yang lekas diberi minuman hangat, susu, kopi, atau teh
yang bergula. Apabila ibu menghendaki makanan, berikan makanan yang sifatnya ringan. Walaupun
lambung dan alat pencernaan tidak terlibat langsung dalam proses persalinan
tetapi fungsi pencernaan dipengaruhi oleh proses persalinan. Organ pencernaan
memerlukan waktu istirahat untuk memulihkan keadaannya. Oleh karena itu, tidak
benar bila ibu diberi makanan terlalu banyak, walaupun ibu menginginkannya.
Akan tetapi, biasanya disebabkan oleh adanya kelelahan yang amat berat, nafsu
makan terganggu, sehingga ibu tidak ingin sampai kelelahan hilang.
Kelelahan yang amat
berat setelah persalinan dapat mengganggu nafsu makan, sehingga ibu tidak ingin
makan sampai kelelahan itu hilang. Hendaknya setelah berslin berikan ibu
minuman hangat, susu, kopi atau the yang bergula untuk mengembalikan tenaga
yang hilang. Berikanlah makanan yang sifatnya ringan, karena alat pencernaan
perlu istirahat guna memulihkan keadaanya kembali.Ibu biasanya lapar setelah melahirkan
sehingga ia boleh mengkomsumsi makanan ringan. Bila sering kali cepat lapar
setelah melahirkan dan siap makan pada 1-2 jam post partum. Setelah benar-benar
pulih dari letih, kebanyakan ibu marasa sangat lapar permintaan untuk
memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang biasanya dikosumsi disertai dengan
kosumsi cemilan yang sering ditemukan, kerap kali untuk penulihan nafsu makan,
diperlukan waktu 3-4 hari sebelum 3-4 hari.
(Damai Yanti :2011 hal 109)
Penyebab
1)
Ibu post partum blues
2)
kurangnya dukungan
dari keluarga (terutama suami)
3)
Ibu mengidap suatu
penyakit dlam pencernaan atau anggota tubuh
4)
Kedaan ekonomis yang
tidak mendukung.
5)
Kurang istirahat.
Penatalaksanaan
1) Dengan pendekatan atau bimbingan psikiatri
2) Anjurkan ibu untuk makan yang segar dan bervariasi
setiap hari.
3) Anjurkan ibu untuk makan sedikit-sedikit tetapi sering
4) Anjurkan ibu untuk makan pil penambah darah, vitamin
yang diberikan dari rumah sakit.
h. Perubahan Pada Ekstremitas
Rasa
sakit, merah, lunak, atau pembengkakan dikaki yang terjadi pada masa nifas
biasa disebut dengan DVT (deep venous trombosis ). DVT adalah inflamasi vena
dengan pembentukan bekuan yang lebih sering terjadi pada vena femoralis
(tungkai) dan vena-vena pada uterus, ovarium, dan hipogastrik. Pembekuan ini
dapat menyebabkan inflamasi, alokal dan menyumbat vena kemudian pembekuan
terlepas menjadi embolus dan bergerak kedalam pembuluh jantung dan paru-paru
sehingga menyumbat pembuluh tersebut.
DVT
(deep venous trombosis) atau trombosis vena dalam lebih jarang terjadi, tetapi
dapat menyebabkan terlepasnya bekuan yang kemudian menyebabkan emboli paru
hiperkoagulabititas meningkat seiring dengan peningkatan usia ibu, parietas,
dehidrasi setelah persalinan dan persalinan melalui seksio sesaria ( SC ).
Wanita beresiko lebih besar apabila mereka memiliki riwayat gangguan
tromboimbulus, hipertensi akibat kehamilan dan anemi atau pernah melahirkan
dengan operasi.
Resiko
DVT ditungkai bawah kiri, terutama setelah secsio secaria, karena kecepatan
aliran darah paling rendah.Gejala DVT biasanya dirasakan nyeri serta mengalami
pembengkakan didaerah yang terkena dan kadang – kadang terjadi demam. Terjadi
perbedaan mencolok dalam ukuran betis atau pada ekstremitas sirkulasi ditungkai
bawah serta trombosis mungkin terpengaruh sehingga tungkai tampak pucat dan
dingin serta mungkin oedema.
1) Penyebab DVT
a) Perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang
mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang – cabangnnya
b) Perpindahan cairan setelah melahirkan yang menghilang
dalam seminggu
c) Kompresi vena tibialis
d) Kekentalan darah yang meningkat
2) Faktor predisposisi
a) Obesitas
b) Peningkatan umur meternal dan tingginya paritas
c) Riwayat sebelumnya mendukung
d) Anestesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang
lama pada keadaan pembuluh vena.
e) Anemia maternal
f) Hypotermi dan penyakit jantung
g) Endometritis
h) Varicostitis
3) Gejala
a) Kaki terasa kenyal atau lunak
b) Terasa panas pada tungkai
c) Nyeri kaki pada saat berjalan
d) Adanya pembengkakan pada tungkai
e) Terjadi perubahan warna kulit ( memerah ) pada kaki
4) Penanganan DVT
a) Terapi anti koanggulan menggunakan heparin
b) Istrahat yang cukup dengan kaki agak tinggi
c) Memberikan kehangatan untuk meningkatkan sirkulasi
darah dan menghilangkan rasa tidak nyaman
d) Hindari pemijatan tungkai pada daerah yang bengkak
untuk mencegah bekuan
e) Memberikan obat-obatan seperti asidium
asetilosalisikum dan apabila ada pedangan diberi anti biotik
f) Setelah rasa nyeri hilang, penderita di anjurkan untuk
mulai berjalan.
5) Penatalaksanaan
a) Konsul ke dokter
b) Lakukan pemeriksaan dalam
c) Lakukan pemeriksaan ginjal
d) Lakukan pemeriksaan urin
e) Beri minum sering tapi sedikit
i.
Perubahan Psikologis
1) Postpartum
blues
Pada masa postpartum, perasaan ibu pada hari pertama atau
kedua setelah kelahiran bayi meliputi kegembiraan yang luar biasa atau perasaan
yang lebih baik. Akan tetapi, 75-80% ibu sering diikuti rasa sedih. Hal ini
sering dinamakan postpartum blues yang terjadi 10-15 hari postpartum. Pada saat
ini, ibu mengalami keedihan emosi, labil, lebih mudah menangis, gelisah, lelah,
susah tidur, dan mudah marah.
2) Depresi
postpartum
Menurut wood at al (1997) ciri-ciri yang ditunjukkan ibu
yang mengalami depresi postpartum, antara lain perasaan gagal,perasaan bersalah
pada saat melahirkan,kesepian,dan rendahnya status social. Ibu mengalami good
day and bad day.
7. Pemeriksaan Fokus Pada Ibu Nifas
a.
Pemeriksaan
tanda tanda vital
b.
Pemeriksaan
mata dan muka
c.
Pemeriksaan
payudara
d.
Pemeriksaan
abdomen
e.
Pemeriksaan
genetalia
f.
Pemeriksaan
ekstremitas
8. Penkes untuk Ibu Nifas
a.
Penkes
ASI Eksklusif
1) Menyambut
klien dengan sopan dan ramah
2) Memperkenalkan
diri kepada klien
3) Merespon
reaksi klien
4) Teruji
percaya diri
5) Menjaga
privasi klien
6) Menanyakan
keluhan klien dengan sopan
7) Menjelaskan
maksud dan tujuan pendidikan kesehatan
8) Teruji
melakukan apersepsi mengenai ASI Esklusif
9) Menjelaskan
pengertian ASI Esklusif
10) Menjelaskan
manfaat ASI
11) Menjelaskan
zat kekebalan dalam ASI
12) Menjelaskan
jenis-jenis ASI
13) Menjelaskan
cara memperbanyak produksi ASI
14) Menjelaskan
cara pemerasan ASI dengan tangan
15) Menjelaskan
cara penyimpanan dan pemberian ASI perah
16) Menjelaskan
cara peneran ASI Eksklusif pada ibu bekerja
17) Teriuji
melakukan evaluasi dengan menanyakan kembali apa yang sudah dijelaskan
18) Teruji
menjelaskan secara sistematis
19) Teruji
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
20) Penggunaan
media
21) Teruji
memberikan kesempatan klien untuk bertanya
22) Melakuakn
pendokumentasian
b.
Penkes
Cara Menyusui yang Benar
1) Menyambut
klien dengan sopan dan ramah
2) Memperkenalkan
diri kepada klien
3) Merespon
reaksi klien dengan tepat
4) Teruji
percaya diri dan tidak ragu-ragu
5) Menjaga
privasi klien
6) Menjelaskan
maksud dan tujuan pendkes
7) Teruji
mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
8) Teruji
mengajari ibu untuk mencuci tangan
9) Mempersilahkan
ibu untuk duduk dengan santai dan nyaman
10) Mempersilahkan
dan membantu ibu membuka pakaian bagian atas
11) Mengajari
ibu untuk mengoleskan sedikit ASI pada puting susu dan areola
12) Mengajari
ibu untuk meletakkan bayi pada satu lengan, kepala bayi berada pada lengkung
siku ibu dan bokong bayi berada pada lengan bawah ibu
13) Mengajari
ibu untuk menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu tangan
bayi di belakang badan ibu dan yang satu di depan, kepala bayi menghadap
payudara
14) Mengajari
ibu untuk menempelkan untuk memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada
garis lurus
15) Mengajari
ibu untuk memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang
dibawah serta jangan menekan puting susu dan areolanya
16) Mengajari ibu untuk merangsang membuka mulut bayi :
Menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sudut mulut bayi
17) Setelah
bayi membuka mulut, anjurkan ibu untuk mendekatkan dengan cepat kepala bayi ke
payudara ibu, kemudian memasukkan puting susu serta sebagian besar areola ke
mulut bayi
18) Setelah
bayi mulai menghisap, menganjurkan ibu untuk tidak memegang atau menyangga
payudara lagi
19) Mengajurkan
ibu untuk memperhatikan bayi selama menyusui
20) Mengajari
ibu cara melepas isapan bayi
21) Setelah
selesai menyusui, mengajarkan ibu untuk mngoleskan sedikit ASI pada puting susu
dan areola. Biarkan kering dengan sendirinya
22) Mengajari
ibu untuk menyendawakan
23) Mengajari
ibu untuk selalu menyusukan kedua payudara secara bergantian
24) Menganjurkan
ibu untuk menyusui bayi setiap saat bayi menginginkan (on demand)
25) Menanyakan
kembali apa yang sudah diajarkan dan dijelaskan
26) Teruji
melakukan tindakan secara sistematis
27) Teruji
menjaga keamanan bayi selama tindakan
28) Teruji
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
29) Teruji
memberikan kesempatan klien untuk bertanya
30) Teruji
mendokumentasikan hasil tindakan
c.
Penkes
Gizi Ibu Menyusui
1) Menyambut
pasien dan keluarga dengan sopan dan ramah
2) Memperkenalkan
diri kepada pasien
3) Mempersilahkan
pasien duduk dan komunikatif
4) Tanggap
terhadap reaksi pasien
5) Menjelaskan
sabar dan teliti
6) Menanyakan
keluhan pasien
7) Menjelaskan
pentingnya gizi bagi ibu menyusui
8) Menjelaskan
tentang kebutuhan kalori ibu menyusui untuk 6 bulan pertama dan selanjutnya
9) Menjelaskan
makanan sumber energi/karbohidrat selama menyusui
10) Menjelaskan
fungsi dan jenis makanan sumber protein
11) Menjelaskan
fungsi dan jenis makanan sumber mineral
12) Menjelaskan
fungsi dan jenis makanan sumber vitamin A
13) Menjelaskan
fungsi dan kebutuhan cairan selama menyusui
14) Menjelaskan
fungsi zat besi
15) Menjelaskan
porsi makan ibu menyusui
16) Menjelaskan
akibat pantang makan selama menyusui
17) Menjelaskan
cara mengolah dan menyajikan makanan serta memberikan contoh menu untuk ibu
munyusui
18) Melaksanakan
evaluasi dengan menanyakan kembali hal-hal yang sudah dijelaskan
19) Mengerjakan
secara sistematis
20) Menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti
21) Melaksanakan
dengan percaya diri dan tidak ragu-ragu
22) Memberi
kesempatan untuk bertanya jawab
23) Mendokumentasikan
hasil pendidikan kesehatan
d. Penkes
Pijat Oksitosin
1) Menyambut
klien dengan sopan dan ramah
2) Memperkenalkan
diri kepada klien
3) Merespon
reaksi klien dengan tepat
4) Teruji
percaya diri dan tidak ragu-ragu
5) Menjaga
privasi klien
6) Menjelaskan
maksud dan tujuan pendkes
7) Melakukan
apersepsi dengan klien
8) Mejelaskan
bahwa perlu seseorang (anggota keluarga) untuk membantu anda melakukan pijat
oksitosin ini
9) Menjelaskan
manfaat : Oksitosin adalah salah satu hormon yang berperan dalam memperlancar
dalam memperlancar pengeluaran ASI :
1. Meningkatkan
kenyamanan
2. Meningkatkan
gerakan ASI ke payudara
3. Menambah
pengisian ASI ke payudara
4. Memperlancar
pengeluaran ASI
10) Teruji
mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
11) Teruji
mengajari anggota keluarga untuk mencuci tangan
12) Teruji
meminta ijin ibu untuk memulai
13) Mempersilahkan
ibu untuk duduk dengan santai dan nyaman (duduk dengan kaki menapak pada lantai
(jika kaki tidak dapat menapak pada lantai, usahakan untuk menambahkan kursi kecil/benda
lain yang dapat membuat kaki tidak menggantung
14) Mempersilahkan
dan mebantu ibu membuka pakaian bagian atas
15) Mengajari
ibu untuk melipat kedua lengan di sebuah meja atau sandaran (dengan jarak
tertentu sehingga payudara bisa menggantung)
16) Mengajari
ibu untuk letakkan kepala di atas lengan tersebut
17) Melicinkan
kedua jari jempol dengan minyak dan menganjurkan anggota keluarga juga
melakukan hal yang sama
18) Mengajari
anggota keluarga untuk menggenggamkan tangan /mengepalkan jari-jari tangan
kecuali ibu jari
19) Mengajari
anggota keluarga untuk memijat punggung ibu sejajar dengan tulang belakang
dengan membentuk lingkaran kecil dengan kedua ibu jari
20) Mengajari
anggota keluarga untuk memijat mulai dari leher dikedua sisi tulang belakang
kanan dan kiri bersamaan sampai bersamaan sampai kearah arah tulang belikat
21) Teruji
menanyakan bagaimana persamaan ibu dan apakah pijatan mambuat ibu rileks
22) Menganjurkan
untuk melakukan pijat oxytocin selama 2-3 menit minimal sehari dua kali
23) Menganjurkan
untuk melakukanlah pijat ini di tempat dimana ibu merasa nyaman dan aman
24) Menanyakan
kembali apa yang sudah diajarkan dan dijelaskan
25) Teruji
melakukan tindakan secara sistematis
26) Teruji
menjaga keamanan dan kenyamanan klien selama tindakan
27) Teruji
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
28) Teruji
memberikan kesempatan klien untuk bertanya
29) Teruji
mendokumtasikan hasil tindakan
e.
Penkes
Tanda Bahaya pada Ibu Nifas
1) Menyapa
klien dengan sopan dan ramah
2) Memperkenalkan
diri pada klien
3) Meresponterhadap
reaksi klien
4) Percaya
diri
5) Menjaga
privasi klien
6) Menanyakan
keluahan klien dengan sopan
7) Menjelaskan
maksud dan tujuan
8) Teruji
melakukan apersepsi tentang tanda bahaya masa nifas
9) Menjelaskan
tentang tanda infeksi masa nifas ( Peningkatan suhu > 38°c, lochea berbau)
10) Menjelaskan
tentang tanda perdarahan pervagina dalam masa nifas
11) Menjelaskan
tentang sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur
12) Menjelaskan
tentang pembengkakan di wajah dan estremitas
13) Menjelaskan
tentang demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih
14) Menjelaskan
tentang payu dara yang berubah menjadi merah, panas, terasa sakit
15) Menjelaskan
tentang rasa sakit, merah, lunak, pembengkakan di kaki
16) Menjelaskan
tentang kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
17) Menjelaskan
tentang perasaan sedih atau tidak mampu mengasuhg sendiri bayinya dan diri
sendiri
18) Menjelaskan
untuk segera datang ke klinik jika mengalami tanda bahaya masa nifas
19) Menanyakan
kembali tanda bahaya masa nifas yang telah di terangkan
20) Teruji
menjelaskan secara sistematis
21) Teruji
menggunakan bahasa yang dapat dimengerti
22) Pengggunaan
media
23) Memberikan
kesempatan untuk bertanya dan memberikan umpan balik
24) Teruji
mendokumentasikan hasil tindakan
f.
Penkes
metode MAL
1)
Menyambut
klien dengan sopan dan ramah
2)
Memperkenalkan
diri kepada klien
3)
Menjelaskan
maksud dan tujuan konseling
4)
Merespon
reaksi klien dengan cepat dan tepat
5)
Menjaga
privasi klien
6)
Mengkaji
pengetahuan klien tentang MAL
7)
Menjelaskan
tentang pengertian MAL
8)
Menjelaskan
syarat-syarat MAL
9)
Menjelaskan
keuntungan kontrasepsi MAL
10) Menjelaskan keuntungan non kontrasepsi MAL
untuk ibu dan bayi
11) Menjelaskan keterbatasan MAL
12) Menjelaskan siapa yang dapat menggunakan MAL
13) Menjelaskan siapa yang tidak boleh mengguakan
MAL
14) Menjelaskan cara untuk mencapai keefektifan
MAL
15) Menjelaskan kapan harus menggunakan
kontrasepsi lainnya
16) Menanyakan kembali apa yang sudah di jelaskan
17) Melakukan evaluasi/ menyimpulkan hasil
konseling
18) Menjelaskan secara sistematis
19) Menggunakan bahasa yang mudah di mengerti
20) Memberi kesempatan untuk bertanya dan memberi
umpan balik
21) Percaya diri dan tidak ragu-ragu
22) Mendokumentasikan hasil konseling
g.
Penkes
Vitamin A
1)
Menyambut
klien dengan sopan dan ramah
2)
Memperkenalkan
diri kepada klien
3)
Merespon
terhadap reaksi klien
4)
Percaya
diri
5)
Teruji
memberikan rasa empati pada klien
6)
Teruji
melakukan apersepsi mengenai vitamin A pada masa nifas
7)
Menjelaskan
pengetian vitamin A pada masa nifas
8)
Menyebutkan
manfaat vitamin A pada masa nifas untuk bayi
9)
Menyebutkan
manfaat vitamin A pada masa nifas untuk ibu
10) Menyebutkan dosis pemberian vitamin A pada
masa nifas
11) Menyebutkan pemberian vitamin A pada masa
nifas
12) Teruji melakukan secara sistematis
13) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
14) Teruji melaksanakan komunikasi selama
tindakan
15) Menjaga privasi klien
16) Teruji mendokumentasikan hasil tindakan
dengan baik.
h.
Penkes
Senam Nifas
1)
Menyambut
klien dengan sopan dan ramah
2)
Memperkenalkan
diri pada klien
3)
Mempersilahkan
klien duduk
4)
Menjelaskan
maksud pendidikan kesehatan
5)
Merespon
terhadap reaksi klien dengan cepat
6)
Melakukan
apersepsi
7)
Menganjurkan
ibu untuk berkemih dahulu sebelum mengikuti senam nifas
8)
Teruji
menjelaskan tujuan dan manfaat senam masa nifas
9)
Menjelaskan
kapan bisa melakukan senam nifas
10) Menjelaskan pelaksanaan senam nifas
11) Memposisikan pasien tidur terlentang
12) Gerakan kepala : mengarahkan pasien untuk
menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri bergantian masing-masing 8 kali hitungan
13) Gerakan lengan I : mengarahkan ibu untuk
meletakkan 2 lengan di samping badan, kemudian tekuk siku bersamaan sampai jari
menyentuh pundak lalu meluruskan lagi 8 kali hitungan.
14) Gerakan lengan II : mengarahkan ibu untuk
mengangkat lengan kanan kiri bersamaan lurus ke atas kepala lalu meluruskan
kembali 8 kali hitungan
15) Gerakan lengan III : mengarahkan ibu untuk
mengangkat lengan kanan kiri bersamaan tegak lurus diatas dada kemudian rentangkan
ke samping kanan dan kiri 8 kali hitungan
16) Latihan punggung atas : mengarahkan ibu untuk
menenkuk lutut, kemudian angkat dada atas ke bawah 8 kali hitungan
17) Latihan perut dan punggung bawah I : mengarahkan
ibu untuk tidur terlentang, lutut ditekuk kemudian angkat kepala sampai dagu
menyentuh dada lalu kembali 8 kali hitungan
18) Latihan perut dan punggung bawah II :
mengarahkan ibu untuk tidur terlentang, tangan di bawah pinggang lutut lurus
kemudian tekan punggung bawah sampai menekan tangan lalu kembali 8 kali
hitungan (perut naik turun)
19) Latihan otot tungkai I : mengarahkan ibu
tidur terlentang, tungkai lurus kemudian angkat tungkai satu persatu dengan
menekuk lutut sampai menyentuh perut, masing0masing 8 kali hitungan.
20) Latihan otot tungkai II : mengarahkan ibu
tidur terlentang, tungkai lururs, buka kaki kanan ke samping lalu kembali 2 x 8
hitungan, lakukan juga pada kaki kiri.
21) Latihan otot tungkai III : mengarahkan ibu
tidur terlentang, tungkai lurus, gerakkan 2 pergelangan kaki bersamaan memutar
keluar lalu kedalam 8 kali hitungan.
22) Latihan otot tungkai IV : mengarahkan ibu
tidur terlentang, tungkai lurus, gerakkan 2 pergelangan kaki bersamaan memutar
keluar lalu kedalam 8 kali hitungan.
23) Latihan panggul dan perut bawah : mengarahkan
ibu tidur terlentang, lutut ditekuk kemudian angkat kedua tungkai kearah perut
bersamaan, kembali, 8 kali hitungan.
24) Latihan panggul dan perut bawah : mengarahkan
ibu tidur terlentang, lutut ditekuk agak dilebarkan, angkat pantat, rapatkan
paha, buka lagi, kemudian turunkan pantat, 4 kali hitungan.
25) Latihan otot dasar panggul : mengarahkan ibu
untuk tidur terlentang, silangkan kaki kanan diatas kaki kiri di bawah,
kontraksikan otot paha dalam dan pantat bersamaan (seperti menahan kencing)
lalu lepaskan. Lakukan juga untuk posisi kaki yang sebaliknya, masing-masing 4
kali hitungan.
26) Teruji memberikan pendidikan kesehatan secara
sistematis
27) Teruji mengarahkan ibu untuk mengikuti senam
nifas dengan jelas dan sabar
28) Teruji memberi kesempatan untuk beristirahat
29) Teruji selalu memberikan follow up dengan
baik
30) Teruji mendokumentasikan penyuluhannya.
B.
Tinjauan
Kasus..
Daftar
pustaka
Ambarwati. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas.
Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Varney H., Kriebs J.M., Gregor C.L. 2002.
Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi I Volume 2. Jakarta: EGC
Rukiyah, Ai Yeyeh dkk. 2011. Asuhan Kebidanan
III (Nifas). Jakarta: Trans Info Media.
Handayani, Sri dan Setyo Retno
Wulandari.2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas.Yogyakarta: Gosyen Publising
Sunarsih, Tri dan Vivian Nanny Lia Dewi. 2011. Asuhan
Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika
Saleha,Siti.2009.Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas.
Jakarta : Salemba Medika
Ambarwati,2008. Asuhan Kebidanan Nifas.Yogyakarta : Mitra
Cendikia Bahiyatun.2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. EGC: Jakarta.
Dewi, Vivian Nanny Lia, Tri Sunarsih. 2011.
Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Salemba Medika: Jakarta.
Rukiyah, Aiyeyeh, Lia Yulianti,dkk. 2013.
Asuhan Kebidanan III.Trans Info Media: Jakarta.
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Paduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Yayasan Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: Jakarta.
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada
Masa Nifas. Salemba Medika: Jakarta.
Bahiyatun. 2009. Buku
Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta:EGC.
Saleha, sitti. 2009.
Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta:Salemba medika
Damai Yanti, 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung : PT Refika Aditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar